Oleh
: iwayan fera sukma
universitas islam riau pekanbaru
MERUMUSKAN
ANGGAPAN DASAR , MERUMUSKAN HIPOTESIS & TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR
A. Pengertian
Dalam hal ini peneliti harus dapat
memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahan yang
sedang diteliti. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar
atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam
pelaporan hasil penelitian nanti.
Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad
M.Sc.Ed. anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran
yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat
merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik yang mungkin meragukan
sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran.
Dalam melakukan penelitian anggapan
– anggapan dasar perlu di-rumuskan secara jelas sebelum melangkah mengumpulkan
data. Anggapan- anggapan semacam inilah yang disebut sebagai anggapan dasar,
postulat atau asumsi dasar.
Peneliti perlu merumuskan anggapan
dasar :
- Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti
- Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian
- Guna menentukan dan merumuskan hipotesis
B. Cara Menentukan Anggapan Dasar
Seseorang yang masih merasa ragu
terhadap suatu hal tentu saja tidak dapat dengan pasti menentukan anggapan bagi
hal tersebut. Bagaimana agar kita bisa tahu kebenaran tentang suatu keadaan ?
caranya bermacam macam, diantaranya :
1. Dengan banyak membaca
buku, surat kabar atau berita lain
Dalam hal ini Prof. Drs. Sutrisno
Hadi, M.A. mengklasifikasikan bahan pustaka ( yang disebut sumber acuan )
menjadi dua kelompok yaitu :
a)
sumber umum : buku teks, ensiklopedi dsb.
b)
Sumber acuan khusus : buletin, jurnal, periodikan ( majalah – majalah yang
terbit secara periodik ), skripsi dsb
Dari sumber acuan umum dapat diperoleh
teori – teori dan konsep – konsep dasar, sedang dari sumber acuan khusus dapat
dicari penemuan – penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan sedang
dilaksanakan
2. Dengan banyak
menonton berita, ceramah dan pembicaraan orang lain
3. Dengan banyak
berkunjung ketempat
4. Dengan mengadakan
pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
asumsi dasar, postulat atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang
telah diyakini oleh peneliti.
Sebagai bahan pendukung anggapan
dasar, peneliti perlu melakukan studi perpustakaan untuk mengumpulkan teori –
teori dari buku maupun penemuan dari penelitian. Apa yang sudah dibaca
sebaiknya langsung dicatat pada kartu – kartu. Cara ini disebut dengan istilah
pencatatan dengan sistem kartu. Bahan – bahan yang sudah dibaca, dituliskan
pada sebuah kartu dengan topik subjek matter atas bagian dari permasalahannya
dimana pada setiap kartu dicantumkan sumber keterangan yang diambil agar tidak
ada kesulitan apabila buku pinjaman atau sukar kembali ditemukannya. Oleh
karenanya penulisannya harus lengkap agar tidak perlu membuka buku sumbernya
lagi
Kartu yang digunakan dapat dibuat
dari kertas manila berwarna. Untuk masalah yang sama dapat digunakan kartu yang
sewarna. Ukuran kartu dapat dibuat sesuai kehendak hati misalnya 15 x 10 cm.
kartu – kartu yang sudah diisi disusun sesuai abjad dalam sebuah kotak sehingga
memudahkan penelitian dalam membandingkan, mengelompokkan dan menelaah kembali
bahan – bahan tersebut.
Merumuskan suatu anggapan dasar
bukanlah pekerjan yang mudah, tapi ini membutuhkan suatu pemikiran, renungan
dan analisis masalah, sehingga boleh jadi bisa dianggap sukar bagi siapa saja,
terutama bagi yang belum biasa meneliti. Untuk melakukan hal ini diperlukan
latihan, membiasakan dan banyak melihat contoh seperti di bawah ini.
Judul penelitian :
Studi tentang peranan orang tua
terhadap pilihan profesi anak SMA se-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anggapan dasar yang dapat dirumuskan
antara lain :
1. Hubungan antara anak
dengan oranga tua cukup erat
2. Anak tahu tentang keadaan
orang tuanya ( pendidikan, pekerjaan, cita – cita terhadap dirinya dsb )
3. Anak SMA sudah memahami
berjenis jenis profesi yang ada, baik dalam wilayah yang sempit maupun wilayah yang
luas
MERUMUSKAN HIPOTESIS
A. Pengertian
Agar dapat lebih mudah dipahami,
pengertian ini perlu dikutipkan pendapat Drs. Sutrisno Hadi M.A. tentang
pemecahan masalah. Seringkali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya
hanya dalam sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan bertahap degan
cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan mencari jawabannnya melalui
penelitian yang dilakukan.
Jawaban terhadap permasalahn ini
dibedakan atas dua hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu :
1. Jawaban permasalahan yang
berupa kebenaran pada taraf teoritik, dicapai melalui membaca
2. Jawaban permasalahn yang
berupa kebenaran pada taraf praktek, dicapai setelah penelitian selesai
yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian
tersebut, maka hipotesis dapat diartikan sebagai satu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahn penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Dari arti katanya, hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hipo”
yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran” jadi
hipotesis yang kemudian cara penelitian disesuaikan dengan ejaan bahasa
indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Apabila peneliti telah mendalami
permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar,
kemudian membuat suatu teori sementara yang kebenaranya masih perlu diuji.
Inilah hipotesis peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji.
Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis ini. Peneliti
mengumpulkan data – data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis.
Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis dapat
dirumuskan dapat naik status menjadi tesa atau sebaliknya,tumbang sebagai
hipotesis apabila ternyata tidak terbukti.
Hal yang perlu diperhatikan oleh
peneliti adalah ia tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya
terbukti dengan cara mengumpulkan data yang hanya bisa membantu memenuhi
keinginannya atau memanipulasi data sehingga mengarah pada keterbuktian
hipotesis. Penelitian harus bersikap objektif terhadap data yang terkumpul.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal :
1. Menerima keputusan seperti apa
adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti ( pada akhir penelitian ).
2. Mengganti hipotesis seandainya
melihat tanda – tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya
hipotesis ( pada saat penelitian perlangsung ).
Apabila peneliti mengambil hak
kedua, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan proses penggantian
ini. Dengan demikian peneliti telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang
memang diharapkan dari seorang peneliti.
Bagaimana mengetahui kedudukan suatu
hipotesis ?
1. Perlu diuji apakah ada
data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat.
2. Adanya data yang
menunjukkan bahwa akibat yang ada memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3. Adanya daat yang
menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat
tersebut.
Apabila katiga hal tersebut dapat
dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan, mempunyai kedudukan yang kuat dalam
penelitian. Walaupun hipotesis sangat penting sebgai pedoman kerja dalam
penelitan, namun tidak semua penelitian harus berorientasikan hipotesis. Jenis
penelitian eksploratif, survei, atau kasus dan penelitian development biasanya
tidak berhipotesis. Tujuan peneliatian jenis ini untuk mempelajari tentang
gejala sebanyak – banyaknya.
Sehubungan dengan hal ini,
G.E.R.Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi
:
1. penelitian menghitung banyaknya
sesuatu ( magnetude )
2. penelitian tentang perbedaan ( diferensies
)
3. penelitian hubungan ( relationship
)
Ahli lain yaitu deobolt van dalen
mengutarakan adanya tiga bentuk interelationship studies yang termasuk
penelitian hipotesis yaitu :
a. Case Studies
b. Causal Coparative Studies
c. Corelations Studies
B. Jenis – Jenis Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan
yang penting kedudukannya dalam peneliti. Oleh karena itu peneliti dituntut
untuk dapat merumuskan hipotesis dengan jelas. Seseorang ahli bernama Bored dan
Gall ( 1979:61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut :
Ada dua jenis hipotesis yang
digunakan dalan penelitian :
1. Hipotesis Kerja atau
Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis kerja menyatakan adanya
hubungan antara variabel X dan Y, adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumus hipotesis kerja ;
a. jika………………….maka……………
contoh :
Jika orang banyak makan, maka berat
badannya akan naik.
b. ada perbedaan antara…………..dan…………………..
contoh :
Ada perbedaan antara penduduk kota
dan penduduk desa dalam cara berpakaian
c. ada
pengaruh……………..terhadap……………….
contoh :
Ada pengaruh makanan terhadap berat
badan.
2. Hipotesis nol ( null
hipotesis ) disingkat Ho
Hipotesis nol disebut juga hipotesis
statistik karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik Hipotesis nol menyatakan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X dan
variabel Y. dengan kata lain selisih variabel pertama dan kedua adalah nol atau
nihil.
Rumusan hipotesis nol :
a. tidak ada perbedaan
antara……………dengan………….
Contoh :
Tidak ada perbedaan antara
mahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II dalam disiplin kuliah
b. tidak ada
pengaruh……………………terhadap………….
Contoh :
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah
ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah.
Dalam pembuktian, hipotesis
alternatif (Ha) diubah menjadi (Ho) agar peneliti tidak mempunyai prasangka.
Peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan ha. Kemudian
dikembangkan lagi ke ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.
C. Kekelirun yang Terjadi
dalam Pengujian Hipotesis
Hipotesis perlu dilakukan secara
hati – hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan landasan
teori yang kuat. Sebab dalam merumuskan hipotesis tidak selamanya benar.
Benardan tidaknya hipotesis tidak
ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin
seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data
terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak, atau tidak
terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang
salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut
terbukti.
Keadaan ini akan berbahaya, apabila
mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya.
Contoh:
Belajar tidak mempengaruhi prestasi.
Dari data yang terkumpul, memang ternyata anak –anak yang tidak belajar dapat
lulus. Maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tersebut terbukti.
Menurut norma umum kesimpulan ini
salah, tapi menurut pembuktin hipotesis mungkin benar. Akibatnya bisa berbahaya
apabila disimpulkan oleh siswa atau mahasiswa bahwa tidak ada gunanya
mereka belajar. Yang salah adalah perumusan hipotesisnya. Dalam hal lain dapat
terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan
kesimpulan.apabila terjadi hal semacam itu tidak boleh menyalahkan
hipotesisnya.
Kesalahan penarikan kesimpulan
mungkin disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada
variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel
prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut berperan.
Misalnya:
Faktor untung – untungan, faktor
soal tes, yang sudah bocor, faktor menyontek, dan sebagainnya.
Untuk memperjelas keterangan,
berikut ini disampaikan matriks macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan
tentang hipotesis pada umumnya.
Macam kekeliruan ketika membuat
Kesimpulan tentang hipotesis
Kesimpulan dan keputusan
|
Keadaan sebenarnya
|
|
Hipotesis benar
|
Hipotesis salah
|
|
Terima hipotesis
|
Tidak membuat kekeliruan
|
Kekeliruan macam II
|
Tolak hipotesis
|
Kekeliruan macam I
|
Tidakmembuat kekeliruan
|
Ditentukan bahwa probabilitas
melakukan kekeliruan macm I dinyatakan dengan α (alpha), sedangkanmelakukan
kekeliruan macam II dinyatakan engan β (beta). Nama – nama ini digunakan
untukmenentukan jenis kesalahan.
Misalnya: Peneliti menetapkan
kesalahandengan α = 1 % berarti dapt disimpulkan bahwa ada penyimpangan
sebanyak 1%. Besar kecilnya resiko kesimpulanini tergantung darikeberanian
peneliti, atau kesediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I.
Kesalahan tipe I ini disebut taraf
signifikasi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas
jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya
taraf signifikansi ini pada umumnya sudah diterpkan terlebih dahulu
misalnya 0,15; 0,5; 0,01, dan sebagainya.
Pada umumnya untuk penelitian –
penelitian di bidang ilmu pendidikan digunakan taraf signifikansi 0,05 atau
0,01, sedangkan untuk peneliti obat – obatan yang resikonya menyangkut jiwa
manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bahkan mungkin 0,0001.
Apabila peneliti menolak hipotesis
atas dasar taraf signifikansi 5% berarti sama dengn menolak hipotesis atas
dasar taraf kepercayaan 95%, artiny apabila kesimpulan tersebut
diterapkan pada populasi yang terdiri dari 100 orang, akan cocock untuk 95
orang dan bagi 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.
D. Cara Menguji Hipotesis
Di dalam menentukan penerimaan dan
penolakan hipotesis maka Hipotesis Alternatif (Ha) diubah menjadi Hipotesis nol
(Ho).untuk keerluan ini dicontohkanpenerapannya pada sebuah populasi
berdistribusi normal, yang digambarkan dengan grafik seperti dibawah.
Dengan asumsi bahwa populasi
tergambar dalam kurva normal. Sehingga jika kita menentukan taraf kepercayaan
95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat 2 daerah kritik, yaitu di ekor
kanandan di ekor kiri kurva, masing – masing 21/2 %.
Penjelasan mengenai masalah ini lebih lanjut akan diberikan pada langkah
penarikan kesimpulan.
Daerah kritik merupakan daerah
penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi.
Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang diarsir,
dinamakan daerah penerimaan hiptesis, atau daerah non-signifikansi.
Apaila kita mengetes nilai Z-score,
dan dari N-120, dan dari perhitungan Z- score dengan rumus:
Misalnya 1,70, maka letaknya pada
kurva adalah sebagai berikut:
Besarnya z-score 1,70 terletak di
daerah peerimaan hipotesis nihil. Ini berarti bahwa hipotesis nihilyang
dirumuskan, diterima, atau dengan kata lain hiotesis kerja ditolak.
E. Penelitian Tanpa Hipotesis
Apakah semua penelitian harus
berhipoteis?. Ada dua alternatif jawaban dan masing- masing mendasarkan diri
pada argumentasi yang kuat.
Pendapat pertama mengatakan, semua
penelitian pasti berhipoteis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban
sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis
harus ada karena jawaban peneitian juga harus ada, dan butir – butirnya sudah
disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis
hanya dibuat jika dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabelatau
lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu
dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar
diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini
mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan
banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan
2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis , tetapi probematika
nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh:
Hubungan antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja para karyawankantor A.
Problematika 1:
Seberapa tinggi motivasi berrestasi
keryawan kantor Anggapan? (tidak dihipotesiskan).
Problematika 2:
Seberapa tinggi etos kerja karyawn
kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 3:
Apakah ada dan seberapa tinggi
hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawankantor A?
Hipotesis:
Ada hubungan yang tinggi antara
motivasi berprestasi dengn etos kerja karawan kantor A.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud menggenerelisasikan
adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi
populasi.
Populasi
kesimpulan
disimpulkan
berlaku untuk
populasi
Sebagian
sanpel
data
dianalisis
dari
populasi
diteliti
Penelitian sampel boleh dilaksanakan
apabila keadaan subyek di dalam populasi benar – benar homogen.
Apabila subyek populasi tidak homogen, maka kesimpulan tidak boleh diberlakukan
bagi seluruh populasi.
Beberapa keuntungan jika kita mengunakan
sampel:
1. Karena subyek pada
sampellebih sedikit dibandingkan denganpopulasi, maka kerepotannya tentu
kurang.
2. Apabila populasi terlalu
besar, maka dikhawatirkan ada yang terlewati.
3. Dengan penelitian sampel,
maka akan lebih efisien (dalam arti ruang, waktu, dan tenaga).
4. Adakalanya dengan
penelitian populasi berarti deskruktif (merusak).
Bayangkan kalau kita harus meneliti
keampuhan senjata yang dihasilkan oleh pabrik, misalnya granat. Maka sambil
meneliti, kita juga menghabiskannya.
5. Ada bahaya bias dari orang
yang mengumpulkan data. Karena subyeknya banyak, petugaspengumpul data menjadi
lelah, sehingga pencatatannya bisa menjadi tidak teliti.
6. Adakalanya memang tidak
dimungkinkan melakukan penelitian populasi.
Bagaimana cara mengambil sampel?
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikia rupa sehingga diperoleh sampel
(contoh) yang benar – benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat
mengambarkankeadaan populsi yang sebenarnya. Dengan kata lain sampel harus
representatif. Adapun cara – cara pengambilan sampel penelitian ini dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Sampel Random atau Sampel
Acak, Sampel Campur
Dalam teknik ini peneliti mencampur
subyek –subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan
demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyekuntuk memperoleh
kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.
Di dalam pengambilan sampel biasanya
peneliti sudah menentukan terlebih dahulu besarnya jumlah sampel yang paling
baik. Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya
besar, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih, tergantung
setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat
dari waktu, tenaga dan dana
b. Sempit luasnya wilayah
pengamatan dan subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja
jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik
Agar diperoleh hasil penelitian yang
baik, diperlukan sampel yang baik pula yakni betul-betul mencermikan populasi.
Supaya perolehan sampel lebih akurat, diperlukan rumus-rumus penentuan besarnya
sampel antara lain disebutkan di bawah ini :
1. Dengan rumus Jacob Cohen :
dengan ketentuan:
N = ukuran sampel
f 2 = effect
size
u = banayknya ubahan yang terkait
dalam penelitian
L = fungsi power dari u, diperoleh
dari tabel, t.s. 1%
Power ( p ) = 0,95 dan effect
size (f2 ) = 0,1
Harga L tabel dengan t.s. 1% power
0,95 dan u = 5 adalah 19,76.
Maka dengan rumus tersebut didapat :
dibulatkan 204
2. dengan rumus berdasarkan
proporsi, ada dua rumus.
a. Dikemukakan oleh Issac &
Michael:
Dimana : S
= ukuran sampel
N =
ukuran populasi
P
= proporsi dalam populasi
d
= ketelitian ( error )
x 2 = harga tabel
chi-kuadrat untuk α tertentu
b. dikemukakan oleh paul leedy :
Dimana :
N = ukuran sampel
Z
= standard score untuk α yang dipilih
E
= sampling error
P
= proporsi harus dalam populasi
Untuk mempermudah dalam mengikuti
uraian, maka akan diambil misala kita mempunyai populasi sebanyak 1000 orang
dan sampelnya kita tentukan 200 orang. Setelah seluruh subjek diberi nomor,
yaitu nomor 1 sampai dengan 1000, maka sampel ramdom kira lakukan dengan salah
satu cara di bawah ini.
a. Undian ( untung-untungan )
Pada kertas kecil-kecil kita
tuliskan nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas kemudian kertas ini kita
gulung. Dengan tanpa prasangka kita mengambil 200 gulungan kertas, sehingga
nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang
merupakan nomor subjek penelitian kita.
b. Ordinal ( tingkat sama )
Setelah 1000 orang subjek kita beri
nomor, kita membuat 5 gulungan kertas dengan nomor 1,2,3,4,5. kita ambil satu
misalnya setelah dibuka tertera angka 3. oleh karena sampel kita 200 padahal
populasinya 1000 maka besarnya sampel seperlima dari populasi. Demikianlah maka
kita ambil nomor dengan melompat setiap 5 subjek mulai dari nomor 3, lalu
8,13,18,23 dan seterusnya, dan kalau kita sampai nomor terbawah padahal elum
diperoleh 200 subjek, kita kembali ke atas lagi. Nomor-nomor yang terambil
itulah nomor subjek sampel penelitian kita.
c.Menggunakan tabel bilangan ramdom
Dalam buku statistik bagian
belakang, halaman yang memuat angka-angka yang disusun secara acak. Agar
pengambilan sampel terlepas dari perasaan subjektif, sebaiknya peneliti
menuliskan langkah-langkah yang akan diambil, misalnya :
1. Menjatuhkan ujung pensil,
menemukan nomor baru
2. Menjatuhkan ujung pensil kedua,
menemukan nomor kolom. Pertemuan antara baris dan kolom inilah nomor subjek
ke-1 dan seterusnya sampai diperoleh jumalh subjek yang dikehendaki
Jika jumlah subjeknya banyak, kita
dapat mengulanglangkah yang sudah kia lalui. Pengambilan sampel dengan cara
ramdom ini dapat dilakukan apabila keadaan populasi memang homogen. Bagi
populasi yang tidak homogen perlu mempertimbangkan ciri-ciri yang ada.
2. Sampel Berstrata atau
Stratified Sampel
Penentuan strata penelitian harus
dilakukan secara hati-hati karena dapat berakibat menyinggung perasaan.
Contoh : strata kekayaan
Kelompok 1 sangat kaya, kelompok II
sedang, kelompok III miskin. Dalam hal ini kekayaan tidak perlu ditinjau dari
tingkatannya, tetapi keadaan pemilikan harta benda; sehingga di dalam sampling
kita kategorikan sebagai cluster sampling, yaitu sampel yang diambil
berdasarkan kelompok.
3. Sampel Wilayah atau Area
Probability Sample
Sampel wilayah adalah teknik
sampling yang dikaukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat
dalam populasi.
Misal kita akan meneliti
keberhasilan Kb diseluruh wilayah indonesia oleh karena terdapat 27 provinsi,
dan masing-masing berbeda keadaan, maka kita mengambil sampel dari 27 provinsi,
sehingga hasilnya mencerminkan keberhasilan kb di seluruh indonesia.
4. Sampel Proporsi atau
Proporsional Sampel, atau Sampel Imbangan
Teknik pengambilan sampel ini
dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel
wilyah. untuk memperoleh samel yang repesentatif, pengambilan subyek dari
setiap strata atau setiap wilayahsebanding dengan banyaknya subjekdalam masing
– masing strata atau wilayah.
Contoh:
Mahasiswa tingkat I: 500 oarang,
tingkat II: 200 orang, tingkat III: 200 orang, tingkat IV: 150 orang, tingkat
V: 100 orang, maka pengambilan sampelnya untuk tingkat I sebanyak 21/2
kali tingkatII dan 5kali tingkat V.
Pada umumnya teknikdalam pengambilan
sampel penelitian memang tidak tunggal, tetapi gabungan dari 2 atau 3 teknik.
Misalnya pengambilan samel dari mahasiswa tingkat I sebanyak 50 dari 500
orangdilakukan dengan acak, demikian jugadari tingkatan –tingkatan lain, maka
sudah 3 teknik yang digunakan, yakni berstrata, proporsi, dan acak. Teknik
pengambilan sampel seperti inidisebut stratifiled proportional random sampling.
5. Sampel Bertujuan atau
Purposive Sampling
Sampel dilakukan dengan cara
mengambil subyekdengan tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena didasari
beberapa pertimbangan, misanya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Adapun syarat –
syarat pengambilan sampel diantaranya:
a. Pengambilan sampel harus
dilakukan atas ciri – ciri, sifat –sifat atau karakteristik tertentu, yang
merupakan ciri –ciri pokok populasi.
b. Subyek yang diambil
sebagai sampel benar –benar merupakan subjek yang peling banyak mengandung ciri
–ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis).
c. Penentuan karakteristik
populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Pengambilan sampel dengan teknik
bertujuan cukup baik, karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri
sehimgga dapat mewakili populasi. Kelemahannya adalah bahwa peneliti tidak
dapat menggunakan statistik parametiksebagai teknik analisis data, karena tidak
memenuhi persyaratan random. Keuntungannya terletak pada ketepatan
peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti.
Menurut pendapat maher dan kawan –
kawan (1997; 21-23), seorang manajer profesional harus memiliki kemampuan
manajemen akuntansi sekurang –kurangnya tiga hal:
1. Menjaga dan mempertahankan
kemampuan profesionalnya dengan cara selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Menunjukkan kemampuannya dalam
mengikuti segala peratyran, ketentuan, serta standar teknikalyang berlaku dan
relevan engan bidangnya.
3. Menyiapkan dan membuat
laporan serta rekomendasi setelah melalui tahap analisis yang cermat.
6. Sampel Kuota atau Quota
Sample
Teknik ini dilakukan berdasarkan
jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menghubungkan
subyek yang memenuhi persyaratan ciri – ciri populasi, tanpa menghiraukan dari
mana asal subyek tersebut. Dalam hal ini yang dihubungkan adalah subyek yang
mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang perlu di perhatikan
adalah terpenuhinya jumlah yang telah ditetapkan.
7. Sampel Kelompok atau
Cluster Sample
Dalam menentukan jenis cluster atau
kelompok harus mempertimbangkan ciri – ciri yang ada. Seperti halnya di dalam
masyarakat kita jumpai kelompok – kelompok yang bukan merupakan kelas atau
sastra. Seperti di dalam membicarakan masalah persekolahan kita jumpai adanya
kelompok sekolah SD, SLTP, SLTA,. Kelompok – kelompok tersebut dapat dipandang
sebagai tingkatan atau sastra. Demikiaan juga adanya kelas atau tingkat di
masing –masing tingkatan sekolah.
8. Sampel Kembar atau Double
Sample
Sampel kembar merupakan dua buah
sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi
jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk
mengadakan pengecekan terhadap kebenaran dari data sampel pertama. Biasanya
sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua digunakan
untuk mengecek, dan jumlahnya tidak begitu besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar